Wednesday, January 30, 2008
Dokter-ku sayang, dokter-ku malang
Mengapa tidak??? Karena dalam perhelatan ini, IDI mengundang para pakar hukum kesehatan untuk mengupas habis masalah terbesar dalam tubuh organisasi profesi ini..yaitu malpraktek. Menurut salah seorang staff senior majalah kompas, pemberitaan kasus malpraktek dikoran-koran hanya bisa tersaingi oleh pemberitaan kasus tsunami Aceh kemarin. Yang lebih mengagetkan lagi, kasus malpraktek di puskesmas mencapai angka 80%. Entah angka ini menginterpretasikan apa. Yang jelas bila kita ingin menjabarkan lebih lanjut, angka ini berarti..terjadi 80 kasus malpraktek dari 100 pengobatan yang ditangani di puskesmas...luar biasa.
Namun dibalik kesuksesan itu ada beberapa hal yang tersisa dan sangat mengusik.
Pertama, disadari atau tidak, saat ini para dokter sedang menghadapi krisis kepercayaan dari masyarakat. Jikalau dulu masyarakat yang datang mencari pengobatan ke dokter akan menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya "prosesi" pengobatan kepada sang dokter tanpa ada syak wasangka sama sekali, dan sang dokter pun yang merasa diberi kepercayaan penuh akan berusaha melaksanakan tanggung jawabnya sebaik mungkin. Hubungan yang dilandasi oleh rasa saling percaya ini melahirkan hubungan emosional yang kuat antara dokter dan pasien.
Namun tendensi yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Pasien seolah menaruh paranoia yang besar terhadap setiap prosedur penatalaksanaan yang dilakukan oleh dokter. Salah melangkah sedikit saja maka tuduhan malpraktek akan terbit. Dokter pun pada akhirnya akan bekerja dibawah tekanan dan akan cenderung memilih prosedur pemeriksaan yang lebih panjang guna menghindari kesalahan diagnosis (yang terkadang pada akhirnya juga akan dicap dengan memberikan pelayanan yang bertele-tele).
Bila dilihat lebih jauh, ada beberapa hal yang meng-katalis patogenesis krisis ini serta mudahnya tuduhan malpraktek dilayangkan pada seorang dokter. Pemberitaan yang kesannya sepihak dan lebih sering mendiskreditkan dokter sebagai "primary health server". Perlu di pahami bahwa istilah "malpraktek" merujuk pada kegagalan seorang dokter dalam memberikan pelayanan standar pada pasien, atau "lack of skill" atau negligance yang secara langsung menyebabkan penyakit atau perlukaan pada pasien. Malpraktek seharusnya dibedakan dengan "untoward result" secara nyata.
Hal lain adalah adanya krisis komunikasi antara dokter dan pasien-- fee based service--waktu bicara kurang. anamnesis kurang mendalam, pasien tidak puas--salah satu tolak ukur adalah kepuasan pasien..
tetapi perlu juga dipahami bahwa komunikasi mengandung makna pembicaraan dua arah. Pasien seharusnya di motivasi untuk menggunakan hak bicaranya menggali informasi yang sebanyak-banyaknya kepada dokter. Di lailn pihak pasien juga harus lebih proaktif. Saat ini penyebaran informasi sangat cepat, pasien bisa merujuk penyakitnya dengan searching internet
Hal kedua yang sangat mengusik adalah implementasi konsep paternalistik yang sudah ketinggalan jaman. Hubungan dokter-pasien saat ini masih mewarisi konsep paternalistik yang tampaknya sudah berurat dan berakar dalam budaya masyarakat kita. Dahulu, konsekuensi dari konsep ini adalah publik menganggap bahwa dokter itu adalah mahluk yang maha pintar. Mahluk yang mengetahui segalanya dan mampu menyembuhkan segala macam penyakit
Ketiga, penjabaran dan implementasi undang-undang praktek dokter dan perlindungan konsumen yang terkesan dangkal.
Wednesday, April 25, 2007
Monday, April 23, 2007
Cleaners' back syndrome
Cleaners' back syndrome merupakan kumpulan gejala atau keluhan yang dirasakan oleh cleaners terutama setelah bekerja dan menggendong vacuum selama kurang lebih 4 jam (terhitung mulai dari hari minggu malam dan biasanya memuncak pada hari rabu malam).
Manifestasi gejala dan keluhan berupa:
- Rasa tegang di sekitar pundak dan menjalar ke arah leher.
- Nyeri di daerah punggung yang di aggravasi dengan perubahan posisi (terutama bila tunduk ke depan untuk mengambil vacuum)
- Rasa mual terutama ketika melihat vacuum dan alat-alat kebersihan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan, mabuk perjalanan, hang-over dan penyakit organis lainnya sperti tht, radang selaput otak de.el.el
- Tidak ada riwayat nyeri punggung sebelumnya (baca: sebelum menjadi cleaner).
Penanganan:
- bila gejala tidak berat, syndrome ini bisa di atasi dengan istirahat yang cukup (intensitas cukup itu relative untuk tiap orang, ada yang bisa hanya dengan 2 jam, tapi ada yang harus sampai 8 jam. Idealnya 5-6 jam..gitu lho!)
- bila gejala cukup berat, terapi istirahat harus di barengi dengan massage dan stretching pada daerah yang teraffected. Bagaimana tehnik massage yang bagus bisa di tanyakan pada ahli massagenya, dan bagaimana tehnik stretching yang bagus juga bisa di tanyakan pada ahlinya.
- Bila gejala berlanjut, mungkin anda harus mempertimbangkan untuk meneruskan career di bidang ini...ingat pepatah: karena pulut binasa santan, tapi jangan karena vacuum binasa badan....
Sunday, April 22, 2007
Kebelet pipis?
- pulang dari mall rasanya biasa aja, tapi begitu sampai di depan pintu rumah..ehh tiba-tiba pengen pipis, trus kasak-kusuk nyari kunci pintu (akhirnya dapat) sambil goyang (karena udah pengeeen banget pipis).., masuk ke dalam rumah..tapi belum lagi sampai di toilet....ehh ternyata udah bocor duluan..(untung sudah di rumah ya???)
- atau yang ini: ketemuan ama teman lama di mall.. trus ngerumpi sambil ngakak ha..ha..hi.hi, eh..tidak tahunya pas ngakak-nya ke-kencengan...kok kayak ada yang "basah" di bawah...
Anda mungkin menganggap itu adalah hal yang biasa dan tidak perlu terlalu dipusingin, hingga merasa tidak perlu mencari tahu. Tapi gimana nih..jika "kebelet pipisnya" ditengah-tengah meriahnya pesta, atau pas lagi berdiri manis-nis di atas podium dengan puluhan pasang mata menatap kagum ke arah anda...trus "bocor"...
Nah..untuk menghindari hal-hal yang seperti ini, sebaiknya kenali diri anda semenjak dini. Bisa jadi hal-hal seperti di atas terjadi karena anda sebenarnya terserang "inkontinentia urin" atau gak bisa nahan pipis trus ngompol....(bisa jadi kan??).
Salah satu faktor penyebab inkontinensia urin ini adalah lemahnya otot dasar panggul (pelvic floor muscle). Otot ini dalam keadaan normal seharusnya bisa mengatur kerja katup saluran kemih (sphincter), menyanggah organ-organ internal panggul (yang mungkin lumayan berat...apalagi kalau sementara hamil...wuiihh) dan menghadirkan sensasi "nyaman" pada saat berhubungan seksual. Nah kebayangkan kalau otot-otot ini menjadi lemah dan tidak bekerja sebagaimana mestinya?
Faktor-faktor yang bisa memicu kelemahan ini antara lain seperti udah pernah melahirkan berulang-ulang (multipara), punya riwayat infeksi saluran kencing, merokok, kegemukan, batuk kronik atau sembelit yang berulang.
Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa kelemahan otot dasar panggul ini bisa di atasi dengan melatih secara rutin otot dasar panggul tersebut (pelvic floor muscle training/PMFT) plus core exercise untuk otot perut yang berhubungan dengan otot panggul.
Caranya??? lihat di posting yang lain...yah
Saturday, April 21, 2007
Kegel's exercise for urine incontinentia
Tibaek et al (2005) found a positive effect of pelvic floor muscle training (modified Kegel' exercise) in 26 women with UI after stroke such as reduced frequencies of voiding and urine leakage, and improved pelvic floor muscle function, strength, static and dynamic endurance.
Another study by Smith et al (2007) revealed that UI is not only link to the weak of pelvic floor muslces, by using electromyographic they successfully profed that this problem is also related to weaken in abdominal muscles. Therefore, the exercise therapy should be targeted these two muscle groups.
1. Goals:
- to improve the strength of pelvic floor muscles and abdominal muscles
- to regain the urethral-closing reflex by mean increasing the number of motor units and motor learnig trough cerebral cortical facilitation
2. What do you need?
- self-motivation
- pillows
- a mat
- a quiet room (some people like to on relaxing music)
3. Preparation
- lie down on your back in a quiet room where you're be able to relax and focus (far from unexpected disruption)
- Place one pillow under your knees (this will allow you to feel relax and help you to contract the right muscles)
- concetrate on your breathing. Do not holding your breath, let the air flows normally so that you will not deprive your muscle from taking oxygen.
- Breath in when you relax and breath out when your muscle is contracting
4. Isolate your pelvic muscles
- Relax your abdominals: to check if your abdominal muscles is relax, put your hand lightly on your tummy and make sure it is not tightening when you contract your pelvic floor
- Relax your gluteals: Gluteals are the large muscle that make up your buttocks. The pelvic floor is locating between the right and the left buttock. To relax your gluteals, make sure you do not clenching your gluteals as well as do not litfs up your body off the ground when lying down on your back
- Relax your hip adductors: Let your knees relax by resting them against each other.
5. Exercise:
- We use the technique of 5 repetitions x 5 sets of long contractions and 5 repetitions x 5 sets of quick contractions in between.
- Start doing the exercise very slowly and increase gradually
- Try to complete 10 sets troughout the day
- Increase the intensity if the exercise becomes easier
Long holding (LH) contractions:
- squeeze your pelvic floor muscle tightly and hold it for 3-5 second
- have a resting for 6-10 seconds
- repeat five times
- this equals 1 set
Quick holding (QH) cotractions:
- squeeze your pelvic floor muscle for 1 second
- have a resting for 1 second
- repeat five times
- this equals 1 set
a sample of complete program:
- Morning: LH-QH-LH-QH-LH-QH + Abdominal exercise
- Before dinner: LH-QH-LH-QH-LH-QH
- Before night sleeping: LH-QH-LH-QH-LH-QH
Urine Incontinentia and exercise therapy
Friday, April 20, 2007
Stroke and research in exercise science
- Prehospital Stroke Assessment Tools
Cincinnati Stroke Scale or Los Angeles Prehospital Stroke Screen (LAPSS) - Acute Assessment Scales
Canadian Neurological Scale (CNS)
Glasgow Coma Scale (GCS)
Hempispheric Stroke Scale
Hunt & Hess Scale
Mathew Stroke Scale
NIH Stroke Scale (NIHSS)
Orgogozo Stroke Scale
Oxfordshire Community Stroke Project Classification (Bamford)
Scandinavian Stroke Scale - Other Diagnostic & Screening Tests
Action Research Arm Test
Blessed-Dementia Scale
Blessed-Dementia Information-Memory-Concentration Test
DSM-IV criteria for the diagnosis of vascular dementia
Hachinkski Ischaemia Score
Hamilton Rating Scale for Depression
NINDS - AIREN criteria for the diagnosis of vascular dementia
Orpington Prognostic Score
Short Orientation-Memory
(For more information visit: http://www.strokecenter.org/trials/scales/index.htm